Hari Pangan Sedunia: Petani Pejuang Pangan dan Gizi



"Gizi dan Pangan Mewujudkan Generasi Sehat dan Cerdas". Inilah visi pendirian Pergizi Pangan Indonesia. Visi ini tidak hanya bagi ahli gizi, dokter, pakar teknologi pangan, ekonom, dan akademisi, tapi juga menjadi cita-cita pejuang bangsa. Terkhusus bagi mereka, petani, pejuang pangan dan gizi.



Meski kerap dipandang sebelah mata, peran petani sebagai pejuang pangan dan gizi tidak bisa diabaikan. Petani merupakan produsen "tingkat satu" dalam rantai produksi makanan. Jika petani tidak turut serta dalam rantai tersebut, dapat dipastikan stabilitas pangan nasional akan terganggu.


Jika suatu bangsa diibaratkan sebagai tubuh, maka petanilah tulang punggungnya. Petanilah yang menjadi garda terdepan dalam ketahanan pangan dan gizi bangsa ini. Petanilah aset terbesar bangsa dalam menyuplai pangan dan gizi menuju generasi sehat dan cerdas yang dicita-citakan bersama oleh Pergizi Pangan Indonesia.

Istilah petani, tidak terbatas pada mereka yang menanam padi atau sayuran. Lebih luas dari itu, cakupan petani pada semua pihak yang memproduksi makanan pada tingkat pertama, baik itu pekebun, peternak, nelayan, maupun produsen pangan lainnya. Ada dua peran petani sebagai pejuang pangan dan gizi bangsa yaitu ujung tombak ketahanan pangan dan pelopor kecerdasan bangsa.

Pertama, Ujung Tombak Ketahanan Pangan

Petani merupakan prajurit terdepan dalam pertahanan suatu bangsa di medan perang. Jika prajurit kalah, maka dapat dipastikan musuh akan memasuki wilayah perbatasan negara, dan ini adalah awal kekalahan bangsa. Langkah petani dalam mewujudkan ketahanan pangan yaitu dengan memproduksi pangan yang berkualitas. Hal ini mesti diimbangi dengan proses produksi terstandar. Sejak pembimbitan, penanaman, perawatan, hingga pemanenan. Semua kegiatan produksi tersebut harus mendapatkan perhatian lebih dari para praktisi dan tenaga ahli di bidang pertanian, gizi, dan teknologi pangan.

Penguatan-penguatan ini sangat perlu dilakukan agar petani dapat tetap bertahan menjadi pejuang pangan dan gizi bangsa. Sehingga stabilitas pangan nasional dapat tetap terjaga. Pejuang yang hebat selalu punya strategi dan mampu mengantisipasi segala kemungkinan. Saat kemarau panjang, petani tahu strategi yang harus digunakan agar tetap bisa bercocok tanam. Saat tanaman yang mereka tanam tidak berbuah, petani tahu pupuk yang harus digunakan. Saat hama tikus dan wereng menyerang, petani tahu bagaimana mengantisipasi hal itu. Saat perang terjadi, petani merupakan satu-satunya pemasok logistik bagi para tentara. Jadi tepatlah jika kita sebut mereka sebagai ujung tombak ketahanan pangan bangsa. "Petani, hidup mati bangsaku ada padamu".

Kedua, Pelopor Kecerdasan Bangsa

gambar via http://3.bp.blogspot.com

Amanat Undang Undang Dasar (UUD) 1945 pada alinea keempat pembukaan UUD yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini sudah jelas bahwa salah satu tujuan kemerdekaan negeri ini adalah kecerdasan generasi mudanya. Kemerdekaan ini semestinya diiringi dengan kemerdekaan pangan dan gizi. Melalui kedua hal ini kecerdasan dapat terwujud.

Mengutip tweet Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Hardinsyah, dalam akunnya @Hardin_IPB: "What you consume & do during the first 1000 days of your life, make a difference for the rest of your life". Apa yang kita konsumsi dan dilakukan selama 1000 hari pertama menentukan kualitas hidup kita di masa depan.

Usia 1000 hari pertama anak berumur 0-3 bulan. Inilah yang disebut Golden Age. Jadi pada masa ini anak sangat membutuhkan asupan adekuat, baik itu ASI, MP-ASI, maupun pangan bergizi lainnya. Tentu pangan bergizi dapat terpenuhi jika ketersediannya masih ada. Kalau produksi petani menurun, maka ketersediaan pangan setiap rumah tangga terganggu. Hal ini dapat dipastikan berdampak pada anak. Terkhusus masalah gizi yang semakin kompleks, menyebabkan timbulnya berbagai penyakit disertai dengan menurunnya kecerdasan anak.

Pangan yang dikonsumsi saat bayi atau batita sangat mempengaruhi kualitas di masa depan, terutama kecerdasan. Anak yang mendapat asupan yang cukup dengan gizi seimbang akan memiliki kecerdasan yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang asupan gizinya kurang. Ini terjadi karena pada rentang 1000 hari pertama kehidupan anak, pertumbuhan otak mencapai 75%.

Anak adalah penerus perjuangan bangsa, anak adalah harapan bangsa, dan petani adalah pelopornya. Tanpa petani, tidak akan ada pangan bergizi. Tanpa pangan bergizi, tidak akan ada generasi muda sehat dan cerdas. "Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Cerdas dan Berprestasi", bukankah ini juga merupakan cita-cita dari Direktorat Bina Gizi Kemenkes R.I.?

Tantangan Saat Ini

Cita-cita Pergizi Pangan, Kementerian Kesehatan, atau berbagai organisasi lainnya berkesinambungan satu sama lain. Hal ini turut didukung oleh keberhasilan bangsa ini beberapa dekade sebelumnya. Indonesia dikenal sebagai lumbung padi, sayur, dan segala jenis pangan. Bangsa ini memiliki andil besar dalam menyuplai pasokan pangan dunia.

Namun fakta di lapangan saat ini berkata lain, lahan pertanian semakin berkurang. Setiap tahunnya terjadi alih fungsi lahan besar-besaran. Lahan pertanian terbakar dan kemudian diubah menjadi pabrik dan real estate. Ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Begitu juga dengan jumlah petani yang kian hari kian berkurang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah tangga petani di Indonesia pada 2003 masih 31,17 juta. Sedangkan pada 2013, jumlahnya menjadi 26,13 juta. Turun sekitar 5 juta selama sepuluh tahun atau 500 ribu per tahun. Jumlah petani merosot sekitar 1,75 persen per tahun.

Dampak langsung yang dihadapi saat jumlah petani semakin merosot yaitu stabilitas pangan nasional terganggu dan bertambahnya masalah ketersediaan pangan rumah tangga. Hal ini berimbas pula pada ketersediaan pangan bagi ibu menyusui dan balita. Sehingga efek jangka panjangnya adalah menurunnya kesehatan dan kecerdasan generasi penerus bangsa.

Saat ini kita tidak cukup hanya berdiam diri dan berpangku tangan pada petani. Perjuangan petani dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kecerdasan bangsa akan terwujud dengan bantuan berbagai kalangan. Baik dari pakar pemerintah serta non-pemerintah, lintas program, lintas sektor, maupun organisasi profesi seperti Pergizi Pangan Indonesia, dengan visi "Gizi dan Pangan Mewujudkan Generasi Sehat dan Cerdas". Sehingga peran petani sebagai ujung tombak ketahanan pangan dan pelopor kecerdasan bangsa dapat terlaksana dengan baik. Selamat Hari Pangan Sedunia 2015. Jayalah Petani Indonesia!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.