Membentuk Manusia Indonesia Unggul di Berbagai Sektor (Ahli Gizi Unggul)
“Kalau mau kaya jadilah pengusaha, jangan jadi ahli gizi”. Inilah sebuah peryataan yang kedengarannya aneh. Pernyataan ini menekankan, seolah-seolah pekerjaan sebagai ahli gizi tidak akan membuat financial meningkat. Apa lagi bagi mahasiswa yang berkuliah di jurusan gizi, pernyataan ini sangat memilukan. Mahasiswa telah menghabiskan waktu kurang lebih empat tahun perjuangan untuk menjadi ahli gizi. Namun ketika tujuan tercapai, malah muncul pernyataan jika ingin kaya jangan jadi ahli gizi.
Ahli gizi adalah pekerjaan yang tidak
diinginkan mahasiswa, jika tidak dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.
Biasanya, mahasiswa menimba ilmu di jurusan tertentu sebagai persiapan memasuki
dunia kerja. Karir yang terpatri pada dua hal yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan karyawan di sebuah perusahaan besar. Namun dari pernyataan diatas,
sepertinya bekerja sebagai ahli gizi akan terjauh dari dua hal tersebut.
Mari kita analisis akar masalahnya.
Formasi penerimaan CPNS ahli gizi di setiap kota tidak lebih dari enam orang
setiap tahunnya. Kemudian, penerimaan karyawan di perusahaan atau hotel sebuah
kota tidak mencapai empat orang setiap tahun. Kita asumsikan hanya ada sepuluh
orang lulusan gizi yang memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Jika setiap tahun
terlahir 80 ahli gizi disetiap kota, maka apakah pekerjaan 70 orang ahli gizi
lain?.
Wah,
ternyata
peryataan diawal memunculkan sebuah pertanyaan. Namun, kita tidak perlu berpikir
kritis untuk menjawabnya. Cukup dengan tiga huruf yaitu S.Gz atau Sarjana Galauerz. Ya, galau, galau dengan pekerjaan yang tidak kunjung datang. Ada yang galau karena bekerja tidak sesuai dengan
kuliah yang dijalani. Ada juga yang galau
karena terpaksa kembali ke ladang. Bahkan, ada yang tetap istiqamah dalam kegalauan sebagai ahli gizi pengangguran.
Jika hal itu benar adanya, kehidupan
sebagai ahli gizi sangat tidak menjanjikan. Akan banyak mahasiswa yang menyesal
menjadi ahli gizi. Akan tetapi, penyesalan itu hanya terjadi pada mahasiswa
yang berorientasi kedepan sebagai PNS atau karyawan. Tidak pada ahli gizi
unggul yang lahir untuk mengabdikan diri pada masyarakat. Sekarang mari kita
ambil sisi positif dari pernyataan “Kalau mau kaya jadilah pengusaha, jangan
jadi ahli gizi”.
Pertama,
jadilah pengusaha atau pebisnis. Bisnis,
wirausaha, dan wiraswasta, mungkin itulah kata yang lazim kita dengar. Bisnis
yang menjadi alternatif terbaik bagi para pencari kerja yang belum berhasil menjadi PNS atau karyawan. Ada
istilah yang lebih populer di kalangan pengusaha muda nan semangat, yaitu entrepreneurship. Entrepreneurship diartikan sebagai usaha mencari penghasilan bukan
dalam sistem tetapi membuat sistem. Jika bekerja di perusahaan, ahli gizi harus
mengikuti prosedur dan aturan sistem perusahaan. Lain halnya jika menjadi entrepreneur, ahli gizi yang membangun
sistem. Jadi seorang ahli gizi punya ruang dan waktu yang lebih luas. Oleh
karena itu, seorang ahli gizi berpeluang menjadi kaya.
Entrepreuneurship adalah istilah umum yang mencakup seluruh bidang wirausaha. Oleh
karena itu istilah tersebut dapat dikembangkan. Salah satunya dari bidang gizi,
disebut nutripreneurship. Adaptasi
dari kata nutrition (gizi) dan entrepreneurship (kewirausahaan). Nutripreneurship dapat menjadi solusi
bagi calon pengusaha yang berlatarbelakang pendidikan gizi. Karena sesuai
dengan prinsip entrepreneur, yaitu
membangun sistem dan mendayagunakan potensi yang ada.
Sayuran
merupakan potensi yang melimpah ruah di bidang gizi dan pangan. Namun belum
terkelola dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem dan prosedur
yang tepat untuk memanfaatkan sayuran. Usaha
yang bisa ahli gizi laksanakan yaitu Vegetable
Mart. Usaha sayur segar sesuai daftar bahan makanan penukar, sesuai
keamanan pangan, dan melengkapi kebutuhan sayur per hari. Penyimpanan
menggunakan freezer agar kesegaran terjaga. Usaha yang cukup potensial
berdasar analisa SWOT, karena sesuai dengan slogan yang marak disuarakan yaitu back
to nature.
Jika nutripreneurship
dapat berjalan dengan baik maka pendayagunaan pun terwujud. Berjalan dengan
baik artinya sistem dan manajemen wirausaha terlaksana sesuai fungsi
masing-masing. Dan pendayagunaan terwujud adalah berhasil mendayagunakan ide, uang, dan manusia. Inilah ahli gizi
unggul, yaitu yang dapat mendayagunakaan potensi menjadi sebuah usaha.
Kedua, jika ingin kaya jangan jadi ahli gizi. Pernyataan ini
menjadi kenyataan yang memilukan bagi mahasiswa jurusan gizi. Akan tetapi, mari
kita analisis dengan cara yang berbeda. Sebagai pekerja sebuah sistem ahli gizi
tidak akan kaya. Lulusan sarjana gizi memperoleh gaji tidak lebih dari lima juta
per bulan. Apalagi, ahli gizi yang tidak bekerja. Oleh karena itu, ahli gizi harus
menjadi pengusaha sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian pertama tadi.
Namun, bukan berarti asupan ilmu gizi klinik yang dipelajari selama empat tahun
lamanya dibuang begitu saja. Ilmu gizi klinik dapat ahli gizi gunakan untuk
mengabdi pada masyarakat.
Seorang ahli gizi yang telah menjadi nutripreneurship dapat membangun klinik gizi. Klinik inilah
yang dapat menjadi tempat mengabdi. Kegiatan klinik bisa diatur sedemikian
rupa. Misalnya, sedari pagi hingga siang ahli gizi berkutat di dunia nutripreneurship atau sebagai pengusaha.
Sedangkan, ahli gizi dapat menjalankan klinik gizi di malam hari. Kedengarannya
mustahil dan pasti akan muncul beberapa pertanyaan seperti : apakah ahli gizi bisa
membuat klinik?, apakah ahli gizi tidak rugi?, dan apakah ahli gizi
punya waktu?.
Jawabannya sederhana saja,
seorang ahli gizi yang pikirannya tidak berorientasi pada PNS dan karyawan
dapat melakukan hal itu. Penjelasannya seperti ini. Jika menjadi nutripreneur, ahli gizi lah yang membangun
sistem. Jadi seorang ahli gizi punya ruang dan waktu yang lebih luas. Dengan
ruang yang luas itulah, ahli gizi dapat bekerja dalam dua bidang sekaligus yaitu
usaha dan sosial. Oleh karena itu, seorang ahli gizi berpeluang menjadi kaya
dari usaha yang telah dilakukan. Ahli gizi juga dapat membuat klinik gizi
gratis dengan biaya dari separuh keuntungan yang diperoleh dari berwirausaha.
Jikalau keuntungan usaha belum mencukupi, tidak perlu khawatir, akan ada banyak sumber yang bersedia untuk operasional klinik gizi
gratis. Semuanya kembali ke niat seseorang menjadi ahli gizi. Apakah ingin
menjadi ahli gizi unggul yang mengabdikan diri untuk masyarakat atau menjadi
ahli gizi PNS dan karyawan yang terjebak sebuah sistem yang tidak akan membuat
kaya.
Dengan pemikiran nutripreneurship dan pengabdian, peran sebagai ahli gizi dapat
meningkatkan kesejahteraan hidup. Kesejahteraan ini meliputi diri dan keluarga,
serta kesejahteraan masyarakat dalam bentuk pengabdian. Melalui pengabdian,
ahli gizi menjadi unggul karena mindsetnya
bukan untuk menjadi PNS atau karyawan. Silakan saja apabila ada 10 orang ahli
gizi menjadi PNS atau karyawan setiap tahun, akan tetapi 70 orang lain punya
kesempatan yang lebih istimewa dibandingkan mereka. Kesempatan pengabdian
menjadi seorang nutripreneurship yang
membangun klinik gizi gratis bukan sebagai ahli gizi yang galau sebagai pengangguran. Itulah ahli gizi unggul.
Terakhir, ahli gizi yang unggul pasti dapat
menerima pernyataan diawal tadi. Waktu empat tahun menimba ilmu gizi tidak akan
terasa sia-sia. Peran ahli gizi akan memusnahkan kepiluan tentang pekerjaan di
masa depan. Dengan syarat, ahli gizi menjadikan ilmunya untuk pengabdian bukan
sebagai sarana mencari kekayaan. Sekali lagi, “Kalau mau kaya jadilah
pengusaha, jangan jadi ahli gizi”.
Bengkulu, 03 Januari 2014
Fredy Estofany
Komentar disini ya.. :)
BalasHapuslet's be an entrepreneur!
BalasHapusSemoga menang brader :)
Aamiin. mksh ecen :)
HapusMenang atau tdk semoga artikelnya mampu memberikan manfaat.
Good..very good..so inspiring..
BalasHapusBut..you must keep it mind you're human..who has desire and passion
don't not make it into greed, don't lose to worldly temptations..
Always keep it straight..
thank's Sieglay, as a human, we are a planner, but we must know that Good is An Executor. Hope "istiqamah" in straight way.
BalasHapusMantap.. teruskan..
BalasHapusoke kang. makasih.
HapusIni yg bikin artikel curhat yaa?? Hehehe..
BalasHapuskurang lebih seperti itu :D
BalasHapus